Pages

Minggu, 25 September 2011

Hati ini sedang tak tau akan berlayar kemana Sayang

Layaknya perahu layar, yang sedang berlayar, memiliki nahkodanya yang akan melawan angin yang akan menggerakkan perahu sesuai arah bertiupnya, tetapi sang nahkoda yang visioner itu tahu kalau ia harus memutar kendali, dan mengubah energi dari tiupan angin tersebut untuk berlayar kembali ke arah yang benar.
Mungkinkah di suatu saat di tengah pelayaran, sang nahkoda jadi tak tau apa-apa, tak tau apa yang harus ia berbuat, tak tau apa sebenarnya visi dari perahu yang dinahkodainya.
Melihat ke belakang, ke arah lautan luas yang telah dilaluinya, mengingat kembali bagaimana dulu ia bisa menaklukan semua badai besar itu. Sekilas melihat kebelakang, membuat sang nahkoda terbuai akan indahnya masa-masa itu, saat badai besar bukan halangan. hingga akhirnya nahkoda terlalu sering melihat ke belakang, tak tahu apa yang menantinya di depan.
Nahkoda tiba-tiba sadar kalau ia harus menaklukan badai yang ada saat ini, bagaimanapun caranya itu.
Dengan cara yang baru, karena badai musim ini berbeda jauh dari badai yang sudah pernah ditaklukannya.
Akhirnya nahkoda pun berhasil menaklukan badai musim ini.
Nahkoda melanjutkan perjalanannya.
Tenang, jauh lebih tenang dari sebelumnya,
Nahkoda merasa sepi, merasa ini bukanlah bagian dari pelayarannya.
Ia mencoba mencitai ketenangan ini, mencoba menjadi nahkoda yang kerjanya hanya memantau arah mata angin, tanpa harus takut akan datangnya badai.
Tapi ia kembali ingat ke masa-masa lalunya, dimana badai itu selalu datang menerpa, tapi itulah kehidupan, tak seperti sekarang.
Sang nahkoda pun lagi-lagi melihat ke belakang, ke hamparan laut luas di masa lampaunya. Tetapi sayang, lautan itu sudah tertutup awan tebal yang tak terlihat lagi.
Nahkoda yang malang, tak tahu harus merindu kemana.....